Saya tulis ini karena sebentar lagi ada pemilihan gubernur di provinsi tempat saya tinggal. Sekalian nostalgi(l)a waktu saya dulu liputan pilgub tahun 2008 yang memakan waktu cukup lama.. ffiiuhh.. *elap keringet* Jadi, waktu pilgub 2008 itu, lama karena ada 3 kali putaran. Ditambah sidang ini itu karena disinyalir ada kecurangan. Ceritanya panjang pokoknya. Alhamdulillah, saya jadi salah satu saksi hidup dalam peristiwa bersejarah itu.
Nah, sekarang, pilgub ini juga menarik perhatian saya karena awalnya 2 pasangan calon merupakan ‘musuh bebuyutan’ sejak pilgub 2008 lalu, yaitu Soekarwo-Gus Ipul vs Khofifah-Herman. Menurut saya, ini adalah pertarungan head to head, karena pada 2008 semacam ada ‘masalah’ yang belum terselesaikan. Ternyata, dini hari tadi, KPU Jatim mengumumkan, peserta pilgub Jatim 2013 ada 3 pasangan calon, minus Khofifah. Pertarungan yang menurut saya njeglek. Karena dua pasangan lain, menurut saya tidak sebanding dengan Soekarwo-Gus Ipul. Jadi, lagi-lagi menurut saya, sudah bisa dipastikan pemenangnya nanti adalah Soekarwo-Gus Ipul. oke, kita tinggalkan politik palsu-palsu di negeri ini. Berita lengkapnya baca media aja yah :p
Tulisan ini saya persembahkan kepada teman-teman seperjuangan saya waktu liputan pilgub di tahun 2008. Kangen masa-masa itu. Betapa beratnya kerja kita waktu itu. But, im enjoyed it. Benar-benar pengalaman yang tak terlupakan. Huwaaaaa… jadi kangen sama teman-teman waktu itu *peluk satu-satu*
Pernah, waktu hari terakhir pendaftaran pasangan calon, saya sampe bermalam di kantor KPU. Gara-gara penutupan pendaftaran kan pukul 24.00. Jadilah saya ngendon di KPU jatim bersama beberapa rekan reporter lain. Waktu itu, yang daftar terakhir adalah pasangan yang diusung PKB versi cak Imin (waktu itu ada dualisme PKB, versi Gus Dur dan versi cak Imin). Usai daftar, saya gak langsung pulang, karena harus segera mungkin setor berita di kantor. Namanya media online, jadi saat itu dapat berita, saat itu juga setor *nasib*. Baru balik ke rumah sekira jam 3 dini hari mendekati subuh..huhuhu…
Besoknya, berangkat lagi jam 9 pagi, langsung ngendon di KPU lagi. Kayaknya waktu itu, bisa dibilang, kantor KPU adalah kantor kedua kami. hehehe.. Setiap pagi, rutin ke sana. Menjelang siang, keliling ke gedung DPRD Jatim, kantor gubernur, kalo ada acara dengan pasangan calon ya ke lokasi, menjelang senja, balik lagi ke KPU jatim. Itu jadwal rutinnya selama pilgub. Baru waktu kampanye, saya dibantu beberapa rekan dari kantor. Saya ditugasi pemred untuk ngintili pasangan soekarwo-gus ipul, dan khofifah-mudjiono, teman lain ngintili pasangan lain. Waktu kampanye, saya sempat ngintili mereka sampe ke Probolinggo, Madura, Jember dan beberapa daerah lain yang saya lupa. Yang jelas, hampir 38 kab/kota di Jatim, pernah saya kunjungi. Asyiiik kan.. jalan-jalan gratis.. hahaha..
Tibalah saat coblosan..jeng..jeng..jeng.. Saya harus muter-muter di TPS-TPS, termasuk ikut sidaknya gubernur ke beberapa TPS. Capeeek pake banget. Tapi saya seneng banget, waktu itu, saya bisa memperlihatkan kemampuan saya ngebut pake motor.. hahaha.. << sombong pake banget!! *ditimpuk botol akua*
Waktu coblosan sampai beberapa hari setelahnya, lagi-lagi saya harus ngendon di kantor KPU jatim untuk update suara yang masuk, sesekali ke bawaslu karena ada indikasi kecurangan. Sampai kemudian di akhir penghitungan suara, kalo gak salah waktu itu dilakukan di hotel mercure, suasana benar-benar kayak mau perang. Massa sudah tumplek blek di depan hotel mercure di jalan darmo, mobil PMK, gegana, kawat berduri, water canon dan ratusan brimob serta hampir seribuan polisi disiagakan di lokasi. Tegang! Pemeriksaan super ketat bagi siapa saja yang mau masuk ke hotel. (sayang foto-foto ini ada di kantor lama saya).
Pada coblosan awal, ternyata tidak ada pasangan calon yang mendapat suara 50 persen lebih. Jadilah ditetapkan pilgub putaran kedua dengan peserta pasangan Soekarwo-Gus Ipul dan Khofifah-Mudjiono. Di putaran kedua ini, suasana ‘panas’ kian terasa. Saya tahu banget, kecurangan banyak terjadi. Apalagi, dari daftar pemilih tetap (DPT), ada pemilih siluman, anak2 yang masih di bawah umur juga masuk DPT. Belum lagi adanya DPT ganda. Pokoknya, masalahnya benar-benar komplek.
Waktu coblosan putaran kedua, juga demikian. Tegangnya kian kerasa. Apalagi, dari pihak Khofifah, berkali-kali sudah sounding, ada kecurangan terstruktur. Weh.. ini kabar bagus buat wartawan. Dan berita inilah yang diblow up besar-besaran sama rekan-rekan media. Penghitungan suara putaran kedua di tingkat provinsi pun demikian. Suasana di hotel juga ‘panas’. Pendukung dua kubu sama-sama tak mau kalah. Apalagi, ketika diputuskan pemenang putaran kedua adalah pasangan Soekarwo-Gus Ipul, kubu Khofifah gak terima karena ditemukan kecurangan. Akhirnya diselenggarakanlah putaran ketiga, yang hanya digelar di 3 kabupaten di Madura, Bangkalan, Sampang dan Pamekasan (kalo gak salah ingat).
Saat coblosan putaran ekstra itu, saya berangkat ke Pamekasan, Madura. Saya terjun langsung ke TPS-TPS yang ada di pelosok, naik-turun gunung, lewat hutan yang sepi, jalan sempit. Beruntung, waktu itu saya ditemani Pemred saya dan seorang teman dari kompas. Jadilah kami bertiga ‘berpetualang’. *makasih ya pak luki yang udah nganterin saya dan nina*
Siang hari, usai coblosan, kami langsung menuju posko pasangan Khofifah, karena ada jumpa pers. Saat itu, tim sukses Khofifah mendapati kecurangan yang signifikan. Kedapatan tangan lah istilahnya. Semua bukti dibeberkan waktu itu. Termasuk adanya money politics. Yang saya ingat betul, kapolda Jatim, pak Herman – yang menjadi pasangan Khofifah saat ini- terjun langsung mengawasi jalannya coblosan di Bangkalan (kalo gak salah lagi). Dan di sana, Kapolda menangkap tangan adanya kecurangan. Sepertinya itulah yang akhirnya membuat hati nurani pak Herman terketuk dan mundur dari jabatannya sebagai Kapolda, karena menemukan kecurangan, tapi gak dianggap ‘curang’ oleh bawaslu dan KPU serta MK.
Waktu penetapan pemenang pilgub oleh KPU, inilah saat-saat yang paling mendebarkan. Karena kemenangan Soekarwo tidak begitu saja diterima oleh kubu Khofifah. Akhirnya dilayangkanlah gugatan sampai ke MK. Tetap, setelah proses yang sangat lama, MK tetap memenangkan hasil penetapan KPU Jatim, which is Soekarwo-Gus Ipul.
Bukan main meradangnya Khofifah waktu itu. Saya masih ingat, waktu curhat di poskonya, Khofifah terlihat sangat kecewa sekali dengan putusan MK itu. Tapi ya, apa mau dikata, takdir berkata lain. Khofifah pun legowo, meski dengan beberapa catatan. Terakhir, dia meluncurkan buku yang berisi ‘kecurangan dan kepalsuan’ dunia politik di Jatim yang menurutnya sangat keras dan kejam.
Intimidasi
Ini sudah makanan sehari-hari saya sebagai seorang reporter waktu itu. Diintimidasi narasumber mengenai berita yang akan saya naikkan. “Mba, kalo nulis yang bagus-bagus lhi ya. Angelnya yang ini aja,” dan sebagainya dan sebagainya.. Sampai ada ancaman segala.
Yang saya ingat, saya pernah diprotes cukup keras oleh kepala Dinas Infokom waktu itu. Gara-garanya saya nulis anggaran sosialisasi pilgub yang ternyata setelah ditotal guede banget, sekira ratusan M. 5 menit setelah berita tayang, hp saya bunyi dan diceramahi dari A sampai Z oleh bapak itu. Karena menurutnya anggarannya tidak segede itu, Tapi setelah saya jelaskan, bahwa anggaran itu total jenderal dari semuanya, dia akhirnya bisa menerima. Itu baru hal kecil.
Ada lagi yang bikin saya super duper marah dan nangis adalah ketika seorang anggota PPS di Pamekasan, mengSMS saya dan mengajak saya kencan di hotel berbintang 5. Habis nerima SMS itu, dada saya rasanya sesak banget. Ini bentuk pelecehan yang menurut saya paling berat. Anggota PPS ini memang salah seorang narasumber yang sangat membantu saya. Dia selalu saya kontak untuk memantau perkembangan suara di Pamekasan. Lha kok di akhirnya seperti itu. Langsung saya blok nomor HPnya. Hiks…
orang bijak meninggalkan jejak… (maaf ya, komennya dikandangin dulu) :D